Pengalaman Menerima Beasiswa Serbia
Hallo, pejuang beasiswa! Saya adalah Asni Furaida, dan saya merupakan salah satu awardee beasiswa Serbia. Saya menerima beasiswa tepatnya pada tahun 2013 untuk kuliah S2 jurusan Language, Literature, and Culture with the corelation of English Literature di Belgrade University, Serbia. Pendidikan saya di Serbia selesai dalam 3 tahun, dan pada tahun 2015 saya berhasil mendapat gelar master. Langsung aja,nih, sharing-sharing pengalamanku menerima beasiswa Serbia. Untuk info beasiswa lain, silahkan click disini.
Baca juga: Jasa Penerjemah Tersumpah
Beasiswa Serbia adalah beasiswa keperintahan Serbia yang dimulai sejak tahun 2010. Program beasiswa ini bertajuk ‘World in Serbia Project’ sebagai perwujudan Serbia membuka diri pada dunia. Beasiswa Serbia membuka pendaftaran terakhir kali pada tahun lalu, dimana dua mahasiswa Indonesia telah diberangkatkan ke Serbia. Saat ini sudah ada 7 angkatan penerima beasiswa Serbia di Indonesia, termasuk angkatan tahun lalu. Biasanya beasiswa Serbia membuka pendaftaran berkisar di bulan Juni hingga akhir tahun.
Pendaftar beasiswa Serbia tahun lalu mengirimkan dokumen pendaftaran ke kantor Kemendikbud Jakarta dengan cc keduataan Serbia. Sedangkan saat saya mendaftar dulu, saya mengirim berkas pendaftaran langsung ke kedutaan Serbia di Jakarta. Sebelum, melakukan pendaftaran, tentu saya melakukan persiapan dokumen dengan sangat hati-hati. Sejujurnya saya tidak hanya mendaftarkan diri di beasiswa Serbia. Saya juga mendaftar ke beasiswa Turki, beasiswa Inggris, dan beasiswa lainnya.
Baca juga: Pengalaman Mendapatkan Beasiswa XL Future Leaders
Nah, jika kamu serius ingin mendaftar beasiswa Serbia, kamu bisa mulai mempersiapakan diri dari sekarang. Salah satu persiapan penting untuk sebuah beasiswa adalah persiapan dokumen. Beberapa dokumen merupakan dokumen dengan persiapan jangka panjang, seperti: visa, sertifikat TOEFL, serta tes kesehatan bebas HIV/AIDS. Untuk sertifikat TOEFL, beasiswa Serbia menerima sertifikat TOEFL ITP dengan minimal nilai 500. Selanjutkan kamu juga harus mempersiapkan surat nominasi dari dosen atau ketua jurusan. Kalau saya dulu, surat nominasi ini ditulis oleh ketua jurusan saya.
Setelah mempersipakan semua dokumen, saya melakukan pendaftaran. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pendaftaran saya dikirim langsung ke keduataan Serbia di Jakarta. Secara umum penyeleksian beasiswa Serbia hanya merupakan seleksi berkas. Namun tahun 2016 atau angakatan ke enam, mahasiswa yang lolos seleksi berkas harus megikuti kelas online bahasa Serbia kurang lebih selama 3 bulan untuk lolos AI. Setelah lulus AI, mahasiswa bisa langsung dikirim ke Serbia.
Baca juga: Keuntungan Menjadi Penerima Beasiswa Serbia Government
Selama kuliah di Serbia, mahasiswa memiliki beberapa kewajiban yang jika tidak dipenuhi akan berakibat pada beasiswa yang diberikan. Kewajiban pertama adalah mahasiswa harus lolos tes bahasa Serbia. Jika tidak lolos, mahasiswa masih diberi satu kali kesempatan untuk remidi. Namun, jika masih belum lolos, maka mahasiswa akan dideportasi dan harus mengganti semua biaya saat kursus. Kewajiban selanjutnya adalah mahasiswa harus mempertahankan nilai minimal 60. Jika nilaimu kurang dari 60, maka sanksi yang diberikan berupa kehilangan 1 fasilitas beasiswa. Terakhir, mahasiswa wajib menghormati norma, tata tertib dan aturan kampus serta negara Serbia. Melanggar hal tersebut dapat berakibat deportasi.
Bahasa yang digunakan saat perkuliahan adalah bahasa Serbia. Awalnya saya mengira jurusan yang saya pilih akan menggunakan bahasa Inggris penuh selama perkuliahan. Namun, nyatanya hanya satu kelas yang menggunakan bahasa Inggris. Nah, maka dari itu sangat penting untuk kamu mengusai bahasa Serbia. Dan tenang saja, kamu akan mendapat pelatihan bahasa Serbia selama setahun sebelum memulai kuliah.
Baca juga: Pengalaman Kuliah di Jepang
Berkuliah di Serbia membuat saya mengalami banyak hal. Saya harus mengurus segala hal sendiri, termasuk perihal konfirmasi ke universitas dan memilih dosen pembimbing. Selama bulan Ramadhan, saya berpuasa hingga jam 9 malam karena waktunya yang bertepatan dengan musim panas. Dan, selama tinggal di asrama saya cukup mengalami culture shock terkait pesta dan minum alkohol yang dilakukan mahasiswa.
Walaupun begitu saya bisa melaluinya dengan baik. Makanan bisa saya dapatkan dengan mudah, karena cukup banyak makanan yang berlebel halal. Selain itu, saat di asrama, pengurus juga paham ketika saya mengatakan saya sorang muslim. Sehingga mereka bisa mempersiapkan makanan yang tidak mengandung babi. Kini Serbia terasa seperti rumah kedua bagi saya.
Baca juga: Pengalaman Mendapatkan Beasiswa Russian Government